Monday, December 17, 2007

Gerak Langkah Pendekar Pilangbangau

Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya atau ber-SH pada dirinya sendiri
Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate itu ternyata sampai sekarang tetap bergaung dan berhasil melambungkan PSHT sebagai sebuah organisasi yang berpangkal pada persaudaraan yang kekal dan abadi.
Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo, terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda mencengkeramkan kuku jajahannya di Indonesia.
Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini - red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.
Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara Belanda - karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda -, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun. Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan. Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.
Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan Harta Jaya semacam perkumpulan koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun. Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.
Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama Djojo Gendilo Cipto Mulyo.
Masuk Sarikat Islam
Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir negara penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor Club. Tepatnya di desa Pilangbangau - Kodya Madiun Jawa Timur, kendati tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.
Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari kian bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata Pencak hingga tinggal SH Sport Club. Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar. Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini, Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.
Ditangkap Belanda
Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan tahun, murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang, pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.
Pupuskah semangat beliau? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelegak. Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.
Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan lagi. Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi SH Terate. Konon nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.
Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan berpendapat. Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang cukup bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus Perguruan Pencak Silat dirubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono menjadi wakil ketua.
Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.
sumber: www.shterate.com

Setia Hati Terate Pelopori Silat Adu Bebas Profesional

Madiun (ANTARA News) - Perguruan Silat Setia Hati Terate (SHT) Pusat di Madiun melakukan terobosan baru di dunia pencak silat Tanah Air dengan menggelar kejuaraan Pencak Silat Adu Bebas Profesional yang mempertandingkan enam kelas di halaman Padepokan SHT di Madiun, Jawa Timur, Minggu.
Ketua Umum SHT H. Tarmadji Boedi Harsono menegaskan bahwa kejuaraan tersebut adalah untuk yang kelima kalinya digelar dan sementara para peserta baru untuk lingkungan perguruan SHT yang ada di berbagai pelosok Tanah Air.
Berbeda dengan pertandingan pencak silat biasa yang digelar di matras, silat adu bebas ini digelar di atas ring seperti ring tinju dengan ukuran 6x6 meter. Pertandingan dilangsungkan dalam enam ronde, masing-masing dengan durasi dua menit, kata H. Tarmadji yang juga Ketua DPRD Kota Madiun itu.
Menurut Tarmadji, peraturan silat bebas profesional tersebut tetap mengacu pada pertandingan silat yang ada di IPSI, tapi bedanya pesilat tidak menggunakan pelindung badan (body protector).
Lebih jauh Tarmadji mengatakan, Silat Adu Bebas Profesional itu murni gagasan dari SHT karena didasari atas keinginan agar pencak silat juga mempunyai wadah pertandingan profesional seperti cabang olahraga lainnya dan menimbulkan kebanggaan atlet sebagai seorang pesilat.
Pada penyelenggaraan berikutnya, SHT siap melaksanakan Silat Adu Bebas Profesional dengan peserta dari seluruh perguruan yang ada. Tapi masing-masing atlet harus mewakili padepokan masing-masing, tidak membawa nama perguruan, kata Tarmadji menambahkan.
Ketua PB IPSI M. Taufik menyambut baik diadakannya Silat Adu Bebas Profesional tersebut karena para atlet memerlukan lebih banyak kompetisi yang selama ini lebih banyak bersifat amatir.
M. Taufik yang juga salah satu deputy Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah itu mengharapkan agar kejuaraan selanjutnya bisa dikemas secara lebih baik dan profesional dan yakin bahwa ajang tersebut akan menarik minat stasiun televisi seperti yang pernah ditayangkan sebelumnya.
Kejuaraan Silat Adu Bebas Profesional yang menggelar partai final sampai Minggu dinihari tersebut diikuti oleh 61 atlet yang berasal dari 16 padepokan SHT yang tersebar di berbagai Tanah Air.
Pada kelas bebas (60kg ke atas), terjadi pertarungan sengit ketika juara PON 2004 dan peraih perunggu SEA Games 2005 Heri Hono yang mewakili padepokan Lembu Swana Kutai (Kaltim), hampir saja dikalahkan Husni Mubarok (Lereng Gunung Meratus Balikpapan).
Heri Hono yang lebih tinggi dan lebih besar dibanding lawannya beberapa kali terbanting ke kanvas meski akhirnya menang dengan skor tipis 2-1.
Sebagai juara, Heri Hono berhak atas hadiah uang sebesar Rp2 juta ditambah berbagai bonus, sementara Husni harus puas dengan hadiah sebesar Rp1 juta.
Pertandingan Silat Adu Bebas Profesional yang berlangsung di halaman terbuka Padepokan SHT tersebut mendapat sambutan cukup meriah dari sekitar 1.500 warga Madiun dan mereka tidak beranjak dari tempat duduk mereka meski partai terakhir baru usai menjelang dini hari, serta suhu udara yang dingin.
Sumber: www.silatindonesia.com (13 September 2006)

Profil Persaudaraan Setia Hati Terate

Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah seorang Saudara Tertua Setia Hati, dengan bantuan teman-temannya dari Pilang Bango, Madiun dengan berani menghadang kereta api yang lewat membawa tentara Belanda atau mengangkut perbekalan militer. Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi berulang-ulang sampai akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat hukuman kurungan di penjara Cipinang dan dipindahkan ke Padang, Sumatera Barat. Setelah dibebaskan, Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club yang kemudian mengaktifkan kembali perguruannya sampai akhirnya berkembang dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate.
Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perkembangannya dibesarkan oleh RM Imam Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang (saudara) Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC) yang merupakan murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo.
Sebelum menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC, Ki Hadjar Hardjo Oetomo magang sebagai guru di SD Banteng Madiun. Tidak betah menjadi guru, bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan dan Tapen. Tahun 1906 keluar dari PJKA dan bekerja menjadi Mantri Pasar Spoor Madiun di Mlilir dengan jabatan terakhir sebagai Ajudan Opsioner Pasar Mlilir, Dolopo, Uberan dan Pagotan (wilayah selatan Madiun). Pada tahun 1916 bekerja di pabrik gula Redjo Agung Madiun. Tahun 1917 masuk menjadi saudara SH dan dikecer langsung oleh Ki Ngabei Soerodiwirjo, pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada tahun ini bekerja di stasiun kereta api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris. Tahun 1922 bergabung dengan Sarekat Islam dan mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club di Desa Pilangbango, Madiun, yang kemudian berkembang sampai ke daerah Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.
Tahun 1925, ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara di Cipinang, kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat selama 15 tahun. SH PSC dibubarkan Belanda karena terdapat nama "pencak". Setelah pulang dari masa tahanan mengaktifkan kembali SH PSC dan untuk menyesuaikan keadaan, kata "pencak" pada SH PSC menjadi "pemuda". Kata "pemuda" semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak dibubarkan. Bertahan sampai tahun 1942 bersamaan dengan datangnya Jepang ke Indonesia.
Tahun 1942, atas usul saudara SH PSC Soeratno Soerengpati tokoh pergerakan Indonesia Muda, nama SH Pemuda Sport Club diubah menjadi Setia Hati Terate. Pada waktu itu SH Terate bersifat perguruan tanpa organisasi.
Tahun 1948, atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono,dan lain-lain mengadakan konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilangbango, Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang dulunya bersifat perguruan diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dengan diketuai oleh Oetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya Darsono. Kemudian secara berturut-turut:·
  1. Tahun 1950, Ketua Pusat oleh Mohammad Irsyad.· Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
  2. Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
  3. Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono.
  4. Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.

Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati "Terate" ini, sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil. Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau calon saudara. Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih/warga (saudara SH) juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum kepada para siswa.

Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang dianggap sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini termasuk saudara SH yang "terbaik dari yang terbaik" yang dipilih melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut berlangsung pada bulan Syura. Adapun sarat yang harus disediakan dalam pengeceran antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya sarat-sarat yang telah ditentukan.Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah, petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat I (erste trap).

Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam tiga jenis tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), tingkat III (derde trap).Pada Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus pencak silat yang merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap serta pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat diperoleh pada tingkatan twede trap dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa Barat, Betawi (Jakarta), dan Minangkabau.

Khadang SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di beberapa negara seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam. Secara administratif mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun 1986. Sehingga jumlah saudara mulai tahun 1986 - 1999 sebanyak 108.267

Kebangkitan Kembali Persaudaraan Setia Hati Terate Rayon Pandu


Persaudaraan Setia Hati Terate adalah salah satu cabang pencak silat di Indonesia yang sudah mendunia. Persaudaraan Seti Hati Terate atau lebih sering juga hanya disebut PSHT atau kadang-kadang juga SH Terate, bahkan kalau di dekat pusatnya sana, Madiun seringkali hanya disebut T saja, telah berdiri di Komplek Pendidikan Pandu sejak tahun 1990-an. Mulai tahun ajaran 1995/1996, Persaudaraan Setia Hati Terate diwajibkan sebagai salah satu satu pilihan wajib bagi siswa-siswi SMP, SMA, dan STM Pandu. PSHT adalah salah satu dari dua cabang bela diri yang diwajibkan untuk dipilih waktu itu, dan yang satunya adalah INKAI.

Pada awalnya, PSHT Pandu ini diikuti oleh ratusan siswa. Namun seiring beratnya latihan, akhirnya satu per satu siswa pun berguguran. Jangankan sampai sabuk hijau atau putih, bahkan men jadi Warga Tingkat I, sampai sabuk jambon pun mereka sudah mulai berguguran. Sejak tahun ajaran 1996/1997, Persaudaraan Setia Hati Terate ranting Pandu sudah mulai mengukir prestasi dengan mengikuti event-event pertandingan yang cukup bergengsi, di antaranya PORDA Jawa Barat untuk kelas Junior, Piala Wali Kota antar perguruan se Kota Bogor.

Pada bulan Oktober 1996, PSHT Pandu mengirimkan 8 atlet untuk mengikuti PORDA Jawa Barat kelas junior. Semua atlet yang dikirim adalah siswa sabuk jambon. Diikuti oleh 237 cabang perguruan. Dari 8 atlet yang diturunkan, 1 atlet mendapatkan medali emas, 2 atlet mendapatkan medali perak, dan 3 atlet mendapatkan perunggu. Sementara 2 atlet lainnya hanya mendapatkan pengalaman bertempur saja.

Kejayaan PSHT Pandu tidak terlepas dari Mas-Mas Pelatih yang super, di antaranya Mas Edi Sulistyo, M.Pd. Beliau adalah warga dari Ngawi, disyahkan tahun 1983. Beliau juga merupakan atlet Ngawi. Kemudian Mas Drs. Joko Prawoto, kakak kandung Mas Edi Sulityo, warga tahun 1975. Mas Aneng Iskandar, Dipl., yang kebetulan juga guru PPKn di Pandu, adalah warga asli Bogor disyahkan tahun 1987.

Selain ketiga Mas-Mas warga di atas, Mas Drs. Joko Wibowono, warga asli Semarang disyahkan tahun 1984, yang juga atlet PON, juga sangat aktif dan berperan besar dalam perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate.

Seiring kesibukan masing-masing pelatih, sehingga kurangnya waktu untuk melatih, maka untuk sementara waktu PSHT Pandu vakum selama 4 tahun, yaitu mulai tahun 2002 - 2006. Tahun 2007 adalah awal kebangkitan kembali. Saya sendiri, yang kebetulan menulis ini, dulu adalah siswa PSHT Pandu yang menjadi warga angkatan pertama di Sekolah Pandu, dan kebetulan sekarang saya bertugas mengajar bahasa Inggris di sini, disyahkan tahun 1998, bersama dengan Mas Nurdin, SE, Mas Adi, Mas Endang Fatoni.

Saat ini PSHT Pandu mulai dibangkitkan kembali dengan dua orang pelatih inti yaitu saya sendiri dan Mas Zaenal Mustopa, warga syah-syahan tahun 2003 asal Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungangung. Hingga saat ini, siswa yang tercatat aktif sebanyak 54 orang. 53 siswa di antaranya baru saja menyelesaikan ujian kenaikan tingkat dari PRAPOLOS ke POLOS tanggal 15 - 16 Desember 2007 kemarin.

"JAYALAH PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE".

- Siro diro joyo ningrat, lebur dening pangastuti
- Sepiro Gedening Sengsoro yen tinompo amung dadi cobo.

PSHT selalu Memayu Hayuning Bawono.